pemikiran-pemikiran Hujjat al-Islam yang Rabbani al-Ummah dan Mujaddid abad ke-5 Hijri itu, tiga hal harus diperhatikan mengenai kitab-kitabnya, yaitu otentisitas, kronologi penyusunan dan obyek yang dituju. Banyak kitab palsu yang dinisbahkan kepadanya atau diragukan otentisitasnya. Sebagian kitab aslinya sendiri dipandang mengandung kontradiksi satu sama lain; mungkin dikarenakan yang satu disusun dalam periode syak sedang yang lain sesudahnya, atau hanya merupakan perbedaan penampilan kebenaran dalam soal metafisis tertentu karena perbedaan tingkat intelektual obyek yang dituju. Hal terakhir terlihat misalnya dari konsepnya tentang mazhab dan stratifikasi manusia. Menurutnya, ada tiga arti mazhab. Pertama, sesuatu yang dibela dan dipertahankan dalam diskusi dan apologi, yaitu tradisi warisan nenek moyang, guru dan lingkungan di mana seseorang dibesarkan. Fanatisme mazhab dalam arti ini sama dengan fanatisme etnis-nepotis. Kedua, sesuatu yang disampaikan dalam bimbingan dan pengajaran, yang berbeda-beda menurut perbedaan tingkat intelektual obyek yang dihadapi. Seorang awam yang bila mendengar bahwa Allah berada di luar dimensi ruang dan waktu akan menolak eksistensi Allah sendiri, harus dikatakan kepadanya bahwa Dia ada di atas ‘Arasy. Ketiga, apa yang diyakini seseorang dalam dirinya dari obyek-obyek ilmu teoritis yang terbuka baginya. Ini merupakan rahasia dia pribadi dengan Tuhan, dan tidak dikemukakan kecuali kepada kawan yang sama-sama melihat apa yang ia lihat atau mencapai derajat yang memungkinkan dapat menoleh dan memahaminya karena cerdas dan bebas dari taqlīd serta fanatik kepada mazhab warisan. Manusia model ini dibiarkan bersama keyakinan pribadinya.[1] Konsep di atas sesuai dengan pengklasifikasiannya terhadap obyek didik dan mitra dialognya ke dalam dua kategori yaitu Jumhur yang terdiri tiga kelas yakni ‘awam, ahl al-jidal serta khawas, dan Khusus (dari yang khusus), yaitu para nabi dan wali.[2] Untuk masing-masing kelompok disusun kitab yang berbeda.[3] Mengetahui kronologi dan stratifikasi ini perlu untuk memperjelas situasi psikologis al-Gazālí ketika menyusun kitab-kitabnya, memperjelas konsep metafisisnya bila terjadi kontradiksi dan untuk kepentingan pendidikan. Al-Gazālī sendiri dalam periode pasca skeptik sering merujuk kitab-kitab sebelumnya, dan penuturan biografinya dalam al-Munqiź bersifat kronologik dan skematik.[4] Banyak sumber sekunder, selain sumber primer sendiri, yang menyebut kitab-kitab al-Gazālí.[5] Sumber-sumber Arab sebelum Badawi umumnya tidak mempersoalkan otentisitas dan kronologi, dan tidak usah diartikan membatasi jumlah. Badawī menuturkan sejarah singkat penelitian karya tulis al-Gazālí di Barat. Ia dimulai sejak pertengahan abad ke-19 M oleh Gosche (Berlin, 1858),[6] disusul oleh Macdonald (dalam JAOS, 1899),[7] dan Goldziher (Aljazair, 1903 dan Leiden, 1916).[8] Penelitian kronologi pertama kali oleh Massignon (Paris, 1929),[9] sedang otentisitasnya oleh M.A. Palacios,[10] kemudian oleh Watt berdasarkan kriteria tertentu (1952),[11] yang diikuti G.F. Hourani (1959).[12] Pada tahun yang sama muncul karya Maurice Bouyges yang disempurnakan oleh Michel Allard.[13] Inilah kitab terlengkap dan paling terpercaya dari kalangan orientalis, baik segi penghitungan jumlah maupun segi kronologi dan otentisitas, sekalipun kualitasnya di bawah derajat karya Badawi dari kalangan muslim yang datang sesudahnya (cetakan kedua 1977).[14] Bouyges membagi masa hidup al-Gazālí ke dalam lima periode berikut kitab-kitab yang disusun pada tiap periode sejak nomor 1 s/d 64. Ia memberi banyak informasi mengenai masing-masing kitab, dan kadang menunjukkan manuskrip yang diketahuinya terutama di Kairo dan Istambul. Lalu dilampirkannya 9 appendix yang berisi kitab-kitab lain yang dinisbahkan kepada al-Gazālí sehingga sampai kepada nomor 383. Kemudian Allard menambah dengan kitab-kitab yang disebut Brockelmann,[15] se-hingga mencapai nomor 404. Dalam lampiran-lampiran ini dijelaskan kitab-kitab yang dipastikan palsu, yang diragukan otentisitasnya, dan kitab-kitab yang muncul dengan judul yang berbeda-beda. Ia merupakan hasil kerja yang serius dengan sejumlah informasi orisinalnya, meskipun sebagian diambil dari karya-karya sebelumnya.[16] Karya Badawi berbeda dengan semua karya sebelumnya dari empat segi. (1) Ia menunjukkan sejumlah manuskrip setiap kitab, baik yang otentik maupun yang palsu, berikut tempat keberadaan dan keadaan menuskrip tersebut. Ia merupakan kitab pertama yang menghimpun manuskrip kitab-kitab al-Gazālí; (2) ia melaporkan kitab-kitab yang sudah dicetak berikut tempat dan tahun pener-bitan; (3) melaporkan semua kitab yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa lain, berikut studi otentisitas dan isinya dalam bahasa-bahasa selain Arab; (4) menunjukkan sumber-sumber baik primer maupun sekunder yang menunjukkan setiap kitab; (5) menyusun kronologi berdasarkan penunjukan kitab al-Gazālí yang satu terhadap yang lain, kemudian sumber-sumber yang membicarakan boigrafi al-Gazālí khususnya al-Munqiź; dan (6) melampirkan 19 appendix berupa cuplikan-cuplikan sumber mengenai karya tulis al-Gazālí. Badawi mengklasifikasikan kitab-kitab itu ke dalam tujuh kategori : (a) Kitab-kitab yang dipastikan otentisitasnya (no. 1-69), ditambah beberapa fatwa sehingga mencapai nomor 72. (b) Yang diragukan otentisitasnya (no. 73-95); (c) Yang diduga kuat bukan karya al-Gazālí (no. 96-127); mayoritas tentang sihir, tilsamat dan ilmu-ilmu esoterik; (d) Bagian-bagian kitab al-Gazālí yang dijadikan kitab-kitab tersendiri, dan kitab-kitab yang berjudul berbeda-beda (no. 128-224); (e) Kitab-kitab palsu (no. 225-273); (f) Kitab-kitab gelap, tidak diketahui wujudnya (no. 274-379), dan (g) Manuskrip-manuskrip yang ada dan dinisbahkan kepada al-Gazālí (no.380-457). Kitab-kitab yang dipastikan otentisitasnya itu adalah : 1. Al-Ta’liqat fi Furu’ al-Mazhab; 2. Al-Mankhul fi al-Usul; 3. Al-Basit fi al-Furu’ 4. Al-Wasit; 5. Al-Wajiz; 6. Khulasat al-Mukhtasar wa Naqawat al-Mu’tasar; 7. Al-Muntakhal fi ‘Ilm al-Jidal; 8. Ma’akhiz al-Khilaf; 9. Lubab al-Nazr; 10. Tahsin al-Ma’akhiz (fi ‘Ilm al-Khilaf); 11. Kitab al-Mabadi wa al-Ghayat; 12. Kitab Syifa’ al-Galil fi al-Qiyas wa al-Ta’lil; 13. Fatawa al-Gazali; 14. Fatwa; 15. Gayat al-Gaur fi Dirayat al-Daur; 16. Maqasid al-Falasifah; 17. Tahafut al-Falasifah; 18. Mi’yar al-‘Ilm fi Fann al-Mantiq; 19. Mi’yar al-‘Uqul; 20. Mahk al-Nazr fi al-Mantiq; 21. Mizan al-‘Amal; 22. Kitab al-Mustazhiri fi al-Radd ‘ala al-Batiniyyah; 23. Kitab Hujjat al-Haqq; 24. Qawasim al-Batiniyyah; 25. Al-Iqtisad fi al-I’tiqad; 26. Al-Risalah al-Qudsiyyah fi Qawa’id al-‘Aqa’id; 27. Al-Ma’arif al-‘Aqliyyah wa Lubab al-Hikmah al-Ilahiyyah; 28. Ihya’ ‘Ulum al-Din; 29. Kitab fi Mas’alat Kulli Mujtahid Musib; 30. Jawab al-Gazali ‘an Da’wat Mu’ayyid al-Mulk lahu li Mu’awadat al-Tadris bi al-Nizamiyyah fi Bagdad; 31. Jawab Mafsal al-Khilaf; 32. Jawab al-Masa’il al-Arba’ allati Sa’alaha al-Batiniyyah bi Hamdan min al-Syaikh al-Ajall Abi Hamid Muhammad ibn Muhammad al-Gazali; 33. Al-Maqsad al-Asna Syarh Asma’ Allah al-Husna; 34. Risalat fi Ruju’ Asma’ Allah ila Zat Wahidah ‘ala Ra’yi al-Mu’tazilah wa al-Falasifah; 35. Bidayat al-Hidayah; 36. Kitab al-Wajiz fi al-Fiqh; 37. Jawahir al-Qur’an; 38. Kitab al-Arba’in fi Usul al-Din; 39. Kitab al-Madnun bihi ‘ala Gairi Ahlihi; 40. Al-Madnun bihi ‘ala Ahlihi; 41. Kitab al-Durj al-Marqum bi al-Jadawil; 42. Al-Qistas al-Mustaqim; 43. Faisal al-Tafriqah bain al-Islam wa al-Zandaqah; 44. Al-Qanun al-Kulli fi al-Ta’wil; 45. Kimiyay Sa’adat (dalam bahasa Persi); 46. Ayyuha al-Walad; 47. Nasihat al-Muluk; 48. Zad Akhirat (dalam bahasa Persi); 49. Risalat ila Abi al-Fath Ahmad ibn Salamah al-Dimami bi al-Mausil; 50. Al-Risalat al-Laduniyyah; 51. Risalat ila Ba’di Ahli ‘Asrih; 52. Misykat al-Anwar; 53. Tafsir Yaqut al-Ta’wil; 54. Al-Kasyf wa al-Tabyin fi Gurur al-Khalq Ajma’in; 55. Talbis Iblis; 56. Al-Munqiz min al-Dalal wa al-Mufsih ‘an al-Ahwal; 57. Kutub fi al-Sihr wa al-Khawas wa al-Kimiya’; 58. Gaur al-Daur fi al-Mas’alat al-Suraijiyyah; 59. Tahzib al-Usul; 60. Kitab Haqiqat al-Qaulain; 61. Kitab Asas al-Qiyas; 62. Kitab Haqiqat al-Qur’an; 63. Al-Mustasfa min ‘Ilm al-Usul; 64. Al-Imla’ ‘ala Musykil al-Ihya’ 65. Al-Istidraj; 66. Al-Durrah al-Fakhirah fi Kasyf ‘Ulum al-Akhirah; 67. Sirr al-‘Alamain wa Kasyf Ma fi al-Darain; 68. Asrar Mu’amalat al-Din; 69. Jawab Masa’il Su’ila ‘anha fi Nusus Asykalat ‘ala al-Sa’il; 70. Risalat al-Aqtab; 71. Iljam al-‘Awam ‘an ‘Ilm al-Kalam; 72. Minhaj al-‘Abidin.[17] Al-Mankhūl merupakan kitab pertama yang disusun al-Gazālī di Nesapur dalam usia sekitar 28 tahun. Syifa’ al-Galīl disusun di Bagdad sewaktu menjadi rektor Nizamiyah Bagdad. Al-Mustaşfā, menurut Ibn Khālikān selesai disusun 6 Muharam 503 H,[18] (Ibn Khālikān, op cit, III, hal. 54), yakni kurang lebih dua tahun sebelum wafatnya. Menurut Źahabī ia diikhtisarkan juga oleh Ibn Rusyd.[19] [1] Al-Gazālī, Mizan al-‘Amal, hal. 405-408. [2] ‘Awam adalah mereka yang akidahnya diperoleh dengan cara taqlīd murni, baik karena lemah akal maupun karena tidak biasa memikirkan masalah metafisis karena sibuk dalam displin dan dunianya sendiri. Mereka umumnya memiliki keyakinan yang kuat dan fanatik. Ahl al-Jidal (penggemar debat) adalah orang yang dengan daya kritisnya mempertanyakan argumen suatu ajaran dan senang membicarakan hal-hal pelik, yang lebih didorong oleh keinginan disebut “intelektual”. Ini terbagi dua tahap, yaitu (1) tahap bawah, satu tahap di atas‘awam, dan (2) tahap atas. Kelas Khawas (orang-orang khusus), yang disetarakan dengan Ahl al-Hikmah, adalah mereka yang memiliki daya kritis lebih tinggi dan dapat dengan mudah menerima kebenaran, dengan tiga ciri: (a) memiliki daya analisis-kritis yang tajam dan intelektual yang kuat, (b) berjiwa bebas dari taqlīd dan fanatisme kepada mazhab warisan, dan (c) meyakini bahwa al-Gazālí, sebagai penyusun kitab, memang ahli dalam epistemologi dan logika. Para nabi dan wali adalah yang mencapai tingkat mukasyafah (penyingkapan) dan musyahadah (penyaksian), meski kelompok pertama ada di atas kelompok kedua. Dalam Misykat, klasifikasi itu hanya tiga : ‘Awam, Khawas dan Khawas al-Khawas. Jadi Ahl al-Jidal termasuk ‘Awam. (Lihat footnote 171). [3] Untuk kelas ‘Awam disusun kitab-kitab yang bertaraf mau’izah (retorik), seperti Qawa’id al-‘Aqa’id. Untuk kelas menengah pertama disusun kitab-kitab yang menyajikan argumen alakadarnya, seperti al-Risalah al-Qudsiyyah. Untuk kelas menengah atas disusun kitab-kitab dengan argumen-argumen yang lebih dalam, seperti al-Iqtisad fi al-I’tiqad, satu kitab yang mencakup inti ilmu Kalam dengan verifikasi yang lebih tajam dan lebih mengetuk pintu ma’rifah, ketimbang Kalam formal seperti yang biasa terdapat dalam kitab-kitab Kalam. Tetapi semua itu masih bermuara pada i’tiqad (doktrin), bukan pada ma’rifah. Dalam Jawahir al-Qur’an disebutkan bahwa termasuk jenis ini kitab Tahafut al-Falasifah dan logika, serta kitab-kitab mengenai Batiniyyah. Semua kitab untuk kelas Ahl al-Jidal ini dimaksudkan sebagai “mujadalah (dialektika) dengan cara yang lebih baik”, yang bersifat logis-rasional sebagi kriteria ilmu yang obyektif-universal. Untuk “mencium” ilmu yang khusus tingkat khusus (dari yang khusus) disusun kitab-kitab esoterik, al-Madnunu biha ‘ala Gairi Ahliha. Kitab-kitab jenis ini hanya boleh dibaca oleh ahlinya, yaitu yang memenuhi tiga syarat : (a) mencapai tingkat mandiri (mujtahid) dan men-duduki derajat imam dalam ilmu-ilmu lahir; (b) berjiwa bebas dari hal-hal duniawi dan akhlak tercela sehingga tidak tersisa keganderungan dan perhatian kepada apa pun selain al-Haqq dan (c) berbakat dengan kecerdasan cemerlang dan daya kritis tajam sehingga tidak akan payah dalam menangkap ilmu-ilmu pelik dan dalam. (Al-Gazālī, al-Arba’īn,20-22, al-Qistās, 86-88, Ihya’, I, 93-99, 40-41, 57, 100- 104, Jawahir, 25-26 dan Misykat, hal. 43). [4] W.M. Watt, The Faith, hal. 12. [5] Misalnya Ibn Khalikan, op cit, IV, 217-218, Subki, op cit, IV, 224-227, Yafi’i, op cit, III, 179-180, Tasy Kurba, op cit, II, 341-342 dan 348-349, Murtada, op cit, I, Ba’alawi, op cit, I, 40-42, Kahhalah op cit, Zarikli, op cit, VII, 247-248, dan sebagainya. [6] Gosche, 1858, Ueber Ghazzalis Leben Und Werke, Berlin. Ia menyebutkan 40 kitab dan berupaya meneliti orisinalitasnya. [7] D.B. Macdonald, The Life. Ia membicarakan sebagian kitab palsu yang dinisbahkan kepada al-Gazālí, khususnya al-Madnunu bihi. [8] Ketika mengantarkan buku Muhammad ibn Taumart (1903), ia menolak orisinalitas kitab Sirr al-‘Alamain. Ketika mengantarkan kitab Fada’ih al-Batiniyyah (1916) ia menyinggung soal orisīnālitas. [9] Louis Massignon, dalam Himpunan Teks-teks yang Tidak Dipubli-kasikan Khusus Menyangkut Sejarah Tasawuf di Negeri-negeri Islam. Uraian yang hanya berdasarkan mukaddimah kitab-kitab bersangkutan dan tak dapat dipegangi ini sbb : Fase I (478-484): al-Wajiz, fase II (484-488): Maqasid, Tahafut, al-Iqtisad, dan al-Mustazhiri, fase III (492-495): Ihya’ (dimulai sejak sebelumnya), al-Mustasfa, Kimiya’ al-Sa’adah, Minhaj al-‘Abidin, dan fase IV (495-505): Mi’yar al-‘Ilm, Mahk al-Nazr, al-Maqsad al-Asna, al-Ajwibah al-Muskitah, Mizan al-‘Amal, Jawahir al-Qur’an, al-Madnun (?), Misykāt, al-Qistas, Iljam al-‘Awam,Faisal al-Tafriqah,al-Munqiź dan al-Risalah al-Laduniyyah [10] M. Asin Palacios, La espiritualidad de Algazel su sentido cristiano, (Madrid, 1934, 4 jld). Pada jilid IV ia mengkaji berbagai kitab al-Gazālí, dan memastikan palsunya enam kitab, yaitu : Sirr al-‘Alamin, al-Duttah al-Fakhirah, Minhaj al-‘Arifin, Musykat al-Qulub, Raudat al-Talibin dan al-Risalah al-Laduniyyah. [11] W.M. Watt, “The Authenticity of the works attributed to al-Ghazali”, dalam JRAS, 1952, hal. 24-45. Mengenai otentisitas ia memakai tiga kriteria : (a) bahwa al-Gazālí memandang nubuwwah (kenabian) sebagai fakultas di atas akal; (b) bahwa al-Gazālí, seperti kata Palacios, menyusun kitab-kitabnya menurut bentuk logika sistematik, dan (c) posisi al-Gazālí terhadap Sunni. Ketiga kriteria ini diakuinya sendiri tidak memuaskan. Mengenai kronologi ia bersandar pada penunjukan al-Gazālí dalam suatu kitab terhadap kitab lain. Dibaginya masa hidup al-Gazālí ke dalam empat periode, sebagai berikut : (1) Periode Penegasan pertama, dengan kitab Maqasid, Tahafut, Mi’yar, Mahk, Mustazhiri, dan Iqtisad. (2) Periode Ihya’, meliputi Ihya’, Bidayat al-Hidayah, al-Hikmah fi Makhluqat Allah, al-Maqsad al-Asna, al-Imla’, al-Madnun, Jawahir al-Qur’an, al-Arba’in dan Kimiya Sa’adat (Persi). (3) Masa Penegasan kedua, dengan kitab-kitab : al-Qistas, Iljam al-‘Awam dan Faisal al-Tafriqah. (4) Periode Zauq, dengan kitab-kitab : Ayyuha al-Walad, al-Ibahiyyah, al-Munqiź, dan Misykat al-Anwar. Ia, seperti Palacios dan Macdonald, menolak otentisitas : al-Durrah al-Fakhirah, Minhaj al-‘Arifin, Mukasyafat al-Qulub, Raudat al-Talibin, al-Risalah al-Laduniyyah, Sirr al-‘Alamain dan al-Ajwibah, dan meragukan otentisitas Kimiya’ al-Sa’adah edisi Arab, al-Madnun al-Sagir, Minhaj al-‘Abidin, Mi’raj al-Sālikīn, Mizan al-‘Amal, fasal akhir Bidayat al-Hidayah dan mukaddimah al-Imla’. Tapi ia mengakui otentisitas al-Madnunu bihi ‘ala Gairi Ahlihi. [12] G.F. Hourani, “The Chronology of Ghazali’s Writings”, dalam JAOS, vol. 79, 1959, hal. 225-233. [13] M. Bouyges, 1959, Essai De Chronologie Des Ceunres De Al-Ghazali (Algazel), ed., par M. Allard, Bairut. [14] ‘Abd al-Rahman Badawi, 1977, Mu’allafat al-Gazālí, Kwait, Walakat al-Matbu’at, cet. II. [15] C. Brockelmann, op cit, EB, hal. 583-546, ESB hal. 746-756. [16] Badawi, Mu’allafat, hal. 9-18. [17] Ibid, hal. 1-238. [18] Ibn Khalikan, Abu al-‘Abbas, Ahmad ibn Muhammad. Wafayat al-A’yan wa Anba’u Abna’i al-Zaman, (Bairut : Dar al-Saqafah, t.t.) , jld. III, hal. 54. [19] Dikutip mulalui Badawi. Op cit, hal. 217.  Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest  Label: AHLU SUNNAH WAL JAMAAH ALIRAN SALAF ILMU KALAM MUKTAZILAH PROFESOR TOKOH RELATED ARTICLES Kalam Asy'ariyah  Riwayat Hidup Al-Gazālī MERANCANG BANGUNAN FILSAFAT ILMU ISLAMI 0 komentar:  POSTING LEBIH BARU BERANDA POSTING LAMA Facebook Twitter Fan Page  LABELS PONDOK PESANTREN ROJAUL HUDA Ilmu Bahasa Arab Karya Tulis Penelitian ILMU KALAM Profesor Filsafat Ilmu KAJIAN ILMU NAHW TAFSIR Tokoh ILMU HADITS Ilmu syair arab PIDATO BAHASA ARAB DZIKIR Ilmu Qur'an PUISI Ahlu Sunnah Wal Jamaah Aliran Salaf KOLEKSI PHOTO KEGIATAN Kitab Klasik Muktazilah Sejarah Peradaban Islam PUSTAKA Maret 2016 (15) Mei 2015 (11) Maret 2015 (11) Februari 2015 (8) November 2014 (3) Agustus 2014 (1) Juni 2014 (2) Mei 2014 (15) April 2014 (24) Maret 2014 (27) Februari 2014 (24) Januari 2014 (19) Desember 2013 (2) Oktober 2013 (15) Juli 2013 (18) April 2013 (5) Maret 2013 (3) BLIBLI.COM  SUBSCRIBE To RSS Feed 2,056 Followers 119,689 Fans 4,002 Subscribers   KATA MUTIARA العجب كل العجب ممن يهرب مما لا انفكاك له عنه ويطلب ما لا بقاء له معه. فأنها لا تعمى الأبصار ولكن تعمى القلوب التي في الصدور Sungguh mengherankan, orang yang lari dari apa yang tidak bisa terlepas darinya dan malah mencari apa yang tidak kekal baginya "sesungguhnya mata kepala itu tidak buta, tetapi yang buta adalah matahati yang ada didalam dada"(Q.22:46). (Ibn Athaillah) POPULAR POSTS KEBENARAN ILMIAH, KEBENARAN AGAMA, DAN KEBENARAN FILSAFAT Contoh SURAT PERINTAH PERJALANAN DINAS ( S P P D ) MENELADANI AKHLAK RASULULLAH. TEKS PIDATO PIDATO BAHASA ARAB: ISRA' MI'RAJ الاسراء والمعراج FILSAFAT SEBAGAI SARANA BERFIKIR ILMIAH TAKHRIJ HADITS LARANGAN PERBUATAN ZINA ‘Ilm al-Lughah, al-Lisaniyat, al-Alsuniyah, al-Lughawiyat, dan Fiqh al-Lughah. RUANG LINGKUP DAN KEDUDUKAN FILSAFAT ILMU Safawi di Persia contoh takhrij hadits Yang Berhubungan Dengan Salam سيرة حياة الكاتب  ENDANG MUNAWAR  Telepon 087743825333 Lahir di Garut-Jawa-Barat 12 Desember 1986 adalah anak dari pasangan KH. Encep Abdullah dan Hj. Dedeh Sa’adah, mahasiswa Studi Bahasa Arab Pascasarjana UIN SGD ini menamatkan sekolah formal: Sekolah Dasar Lewo II (lulus: 1999), madrasah Tsanawiyyah Al-Ulfah (lulus: 2002), Madrasah Aliyah Keagamaan Pulosari (lulus: 2005). Sejak kecil ia belajar ilmu-ilmu Agama dari kedua orang tuanya, hingga menginjak bangku Aliyyah ia meneruskan nyantri di Pondok pesantren Pulosari Limbangan Garut selama tiga tahun (2002-2005). Ia juga sempat mengikuti pasaran di beberapa pesantren, antara lain: 1. pondok pesantren Al-Ulfah Garut mempelajari kitab-kitab Akhlaq-Tashawwuf (1998-1999), 2. pondok pesantren Alhikamu Assalafiyyah Cipulus-Purwakarta mempelajari kitab Fathul Qorib-bidang Fiqh dan Tijan Daruri-bidang Tauhid selama dua kali berturut-turut (2005-2006), 3. Roudlatul Mubtadiin Kersamanah mengkaji al-Jauhar al-Maknun-bidang Balaghoh (2006), 4. Sempat sorogan tafsir jalalain kepada Kiayi Mahfudzin-Sarpeundeuy Garut selama satu Bulan (2007) 5. Dilanjutkan ke pondok pesantren Riyadlul Alfiyyah Sucinaraja-Garut untuk mempelajari Kitab-kitab nahwu-sharaf dan Balaghoh(2007-2008). Tahun 2008 ia melanjutkan jenjang pendidikinnya ke bangku kuliah di UIN SGD Bandung, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, jurusan Pendidikan Bahasa Arab. Semasa kuliah ia aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di samping nyantri di Pesantren Al-Mardiyyah Al-Islamiyyah-Cileunyi asuhan KH. Abdul Qodir Jailani Lihat profil lengkapku Diberdayakan oleh Blogger. LABEL Karya Tulis Penelitian PONDOK PESANTREN ROJAUL HUDA Sejarah Peradaban Islam Tokoh LABEL DZIKIR ILMU HADITS Ilmu Qur'an TAFSIR LABEL Ilmu Bahasa Arab Kitab Klasik PUISI syair arab LABEL Filsafat Ilmu Ilmu ILMU KALAM Profesor Copyright © 2013. BloggerSpice.com - All Rights Reserved Customized by: MohammadFazle Rabbi | Powered by: BS Designed by: Endang Munawar 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar