Senin, 28 November 2016

Kopi 3 unsur

PESAN GUS DUR

Dalam minuman 'KOPI' ada 3 unsur,

        Kopi 
            Gula
                 Rasa

Kopi  adalah Orang tua
Gula adalah Guru
Rasa  adalah siswa

Jika kopi terlalu pahit
Siapa yang salah?

Gula lah yang disalahkan karena terlalu sedikit,
hingga "rasa" kopi menjadi pahit!!!

Jika kopi terlalu manis
Siapa yg disalahkan?

Gula pula yang disalahkan karena terlalu banyak,
hingga "Rasa" kopi menjadi manis!!!

Jika takaran kopi dan gula seimbang, sehingga rasa yang tercecap menjadi nikmat,
Siapa yg di puji...???

Tentu semua akan berkata:
Kopinya mantaaap.................!!!!!

Kemana gula???
Dimana gula???
yang mempunyai andil membuat "rasa" kopi menjadi mantaaap!!!

Itulah guru yang ketika "rasa" terlalu manis maka dia akan dipersalahkan!!!

Itulah guru yang ketika "rasa" terlalu pahit maka dia pula yang akan dipojokkan!!!

Tetapi,
Ketika "rasa" mantap,
Ketika siswa berprestasi,
Maka orang tua lah yang akan menepuk dadanya:
"Anak siapa dulu"

Mari Ikhlas seperti Gula yang larut tak terlihat tapi sangat bermakna.

Gula PASIR memberi RASA MANIS pada KOPI, tapi orang MENYEBUTnya KOPI MANIS... bukan KOPI GULA...

Gula PASIR memberi RASA MANIS pada TEH, tapi orang MENYEBUTnya TEH MANIS... bukan TEH GULA...

ORANG menyebut ROTI MANIS... bukan ROTI GULA...

ORANG menyebut SYRUP Pandan, Syrup APEL, Syrup JAMBU....
padahal BAHAN DASARnya GULA....

Tapi GULA tetap IKHLAS LARUT dalam memberi RASA MANIS...

Akan tetapi apabila berhubungan dengan penyakit, barulah GULA disebut.. PENYAKIT GULA

Begitulah HIDUP....
Kadang KEBAIKAN yang Kita TANAM tak pernah disebut Orang,
Tapi sedikit saja khilaf salah dilakukannya, maka akan dibesar-besarkan!!!

IKHLAS lah seperti GULA...
LARUT lah seperti GULA...

Tetap SEMANGAT memberi KEBAIKAN...!!!!
Tetap SEMANGAT menyebar KEBAIKAN..!!!

Karena KEBAIKAN tidak UNTUK DISEBUT...

Tapi untuk DIRASAkan

Rabu, 23 November 2016

Semboyan wali songo


Semboyan Wali Songo
Para Wali soongo mempunyai semboyan yang terekam hingga saat ini adalah :

1. Ngluruk Tanpo Wadyo Bolo / Tanpo pasukan tentara : Berdakwah dan berkeliling kedaerah lain tanpa membawa pasukan. Jangan yakin dengan banyaknya jumlah kita,…..yakin dengan pertolongan Allah swt.

2. Mabur Tanpo Lar/Terbang tanpa Sayap : Kita bergerak jumpa umat…dari orang ke orang…. jumpa ke rumah-rumah mereka ..Pergi kedaerah nan jauh walaupun tanpa asbab/ sebab yang nampak.

3. Mletik Tanpo Sutang/Meloncat Tanpa Kaki : Pergi kedaerah yang sulit dijangkau seperti gunung-gunung juga tanpa sebab yang kelihatan. Niat untuk dakwah keseluruh alam, Allah swt yg berangkatkan kita bukan asbab-asbab dunia seperti harta dsb…

4. Senjoto Kalimosodo : Kemana-mana hanya membawa kebesaran Allah SWT. selalu mendakwahkan kalimat iman, mengajak umat pada iman dan amal salih….(Kalimosodo : Kalimat Shahadat)

5. Digdoyo Tanpo Aji : Walaupun dimarahi, diusir, dicaci maki bahkan dilukai fisik, perasaan dan mentalnya namun mereka seakan-akan seperti orang yang tidak mempan diterjang bermacam-macam senjata. Kita dakwah, Allah swt akan Bantu (jika kalian Bantu Agama Allah, maka pasti Allah akan tolong kalian dan Allah akan menangkan kalian)

6. Perang Tanpo tanding : Dalam memerangi nafsunya sendiri dan mengajak orang lain supaya memerangi nafsunya. Tidak pernah berdebat atau bertengkar. dakwah dengan hikmah, kata-kata yg sopan, ahlaq yg mulia dan doa menangis-menangis pada Allah agar umat yg kita jumpai dan umat seluruh alam dapat hidayah….bukan dengan kekerasan…. Nabi saw bersabda yg maknanya kurang lebih : ‘Haram memerangi suatu kaum sebelum kalian berdakwah (berdakwah dgn hikmah) kepada mereka”

7. Menang Tanpo Ngesorake/Merendahkan : Mereka ini walaupun dengan orang yang senang, membenci, mencibir, dan lain-lain akan tetap mengajak dan akhirnya yang diajak bisa mengikuti usaha agama dan tidak merendahkan, mengkritik dan membanding-bandingkan, mencela orang lain bahkan tetap melihat kebaikannya.

8. Mulyo Tanpo Punggowo : Kemuliaan hanya dalam Iman dan Amalan agama bukan dengan banyaknya pengikut. Dimulyakan, disambut, dihargai, diberi hadiah, diperhatikan, walaupun mereka sebelumnya bukan orang alim ulama, bukan pejabat, bukan sarjana ahli tetapi karena menjadi Da’i yang menjadikan dakwah maksud dan tujuan hidup, maka Allah swt muliakan mereka.

9. Sugih Tanpo Bondo : Mereka akan merasa kaya dalam hatinya. Keinginan bisa kesampaian terutama keinginan menghidupkan sunnah Nabi, bisa terbang kesana kemari dan keliling dunia melebihi orang terkaya didunia. Jangan yakin pada harta….kebahagiaan dalam agama, dakwah jangan bergantung dgn harta

10. Kuncara Tanpo Woro-woro : Menyebar, terkenal tanpa gembar-gembor, propaganda, iklan-iklan dsbartinya bergerak terus jumpa umat, kerja untuk umat, kerja untuk Agama dengan ikhlas karena mengharap Ridho Allah swt, tidak perlu disiar-siarkan atau di umum-umumkan. Allah sajalah yang menilai perjuangan kita.

Pesan Walisongo Sunan Kalijogo adalah :
1. Yen kali ilang kedunge : jika sungai sudah mulai kering... jika sumber air sudah mulai kering.. maksudnya jika para alim ulama sumber ilmu sudah mulai wafat satu persatu...maka ini alamat bahwa dunia mau di-Qiamatkan Allah SWT. Ulama ditamsilkan seperti air yang menghidupkan hati2 manusia yang gelap tanpa cahaya hidayah..

2. Yen pasar ilang kumandange : Jika pasar sudah mulai diam.. maksudnya jika perdagangan sudah tidak dengan tawar-menawar karena banyaknya mall dan pasar swalayan yang berdiri. kata orang2 tua kita dahulunya semua pasar memakai sistem tawar menawar sehingga suaranya begitu keras terdengar dari kejauhan seperti suara lebah yang mendengung.. ini kalo aku boleh beri istilah adalah adanya kehangatan dalam social relationship dalam masyarakat.. tapi sekarang sudah hilang...biarpun kita sering ke plasa atau ke supermarket ratusan kali kita tidak kenal para pelayan dan cashier di tempat itu..

3. Yen wong wadon ilang wirange : Jika wanita sudah tidak punya rasa malu......

4. Enggal-enggal topo lelono njajah deso milangkori ojo bali sakdurunge patang sasi, enthuk wisik soko Hyang Widi : Bermujahadah, susah payah berkelana dalam perjalanan ruhani guna memperbaiki diri atau perjalanan fisabilillah menjelajahi desa-desa/ negara-negara, menghitung pintu (bersilaturahim) jangan pulang2 sebelum selesai program 4 (empat) bulan, cari petunjuk, hidayah dan kepahaman agama dari Dzat yang Maha Kuasa..

Senin, 14 November 2016

Biografi habib rizieq shihab


Biografi Ringkas Al Habib M. Rizieq bin Husein Syihab (IMAM BESAR FPI)

Siapa yang tidak mengenal sosok yang satu ini. Beliau seorang ulama besar Indonesia yang memiliki jutaan pengikut. Seorang tokoh Islam Indonesia yang dikenal sebagai pemimpin atau Imam Besar organisasi Front Pembela Islam. Beliau seorang mujahid tangguh, seorang orator ulung dan seorang singa podium ketika di atas panggung. Beliau mampu membangkitkan ruhul jihad didepan banyak orang. Beliau berani mengatakan yang haq itu haq dan yang batil itu batil walaupun nyawa yang menjadi taruhannya. Setiap pengajian atau atau tabligh akbar yang dimana beliau menjadi penceramahnya suka dihadiri oleh ribuan bahkan ratusan ribu orang. Beliau adalah Dr. Al Habib Muhammad Rizieq bin Hussein Syihab, Lc.MA.DPMSS. Rumah beliau terletak di Jl. Petamburan III No. 83, Tanah Abang Jakarta Pusat. Walau pun kini Beliau pindah ke Markaz Syariah di Megamendung Bogor Jawa Barat. Beliau lahir di Jakarta, 24 Agustus1965.

Nasabnya hingga ke Rasulullah SAW

Nasab Al Habib Muhammad Rizieq Syihab bin Husein bin Muhammad bin Husein bin Abdullah bin Husein bin Muhammad bin Syeikh bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad Syihabuddin Al-Asghar bin Abdurrahman Al-Qadhi bin Ahmad Syihabuddin Al-Akbar bin Abdurrahman bin Syeikh Ali bin Abu Bakar As-Sakran bin Abdurrahman As-Segaf …bin Muhammad Maulad Daawilah bin Ali bin Alwi Ibnul Faqih bin Muhammad Al-Faqihil Muqaddam bin Ali Walidil Faqih bin Muhammad Shahib Murbath bin Ali Khala’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa An-Naqib bin Muhammad Djamaluddin bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far As-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein As-Sibth bin Ali bin Abi Thalib wa Fathimah Az-Zahra binta Rasulullah Muhammad SAW

Nasab Istrinya

Nasab Istri Habib Rizieq Syihab adalah Syarifah Fadhlun Yahya binti Faadhil bin Hasan bin Utsman bin Abdullah bin Aqil bin Umar bin Aqil bin Syeikh bin Abdurrahman bin Aqil bin Ahmad bin Yahya bin Hasan bin Ali bin Alwi bin Muhammad Maulad Daawilah bin Ali bin Alwi Ibnul Faqih bin Muhammad Al-Faqihil Muqaddam bin Ali Walidil Faqih bin Muhammad Shahib Murbath bin Ali Khala’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa An-Naqib bin Muhammad Djamaluddin bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far As-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein As-Sibth bin Ali bin Abi Thalib wa Fathimah Az-Zahra binta Rasulullah Muhammad SAW.

Beliau memang keturunan Nabi Muhammad Saw yang ke-38. Beliau mewarisi ketegasan datuknya, kesantunan serta akhlaknya yang baik dan ilmunya yang luas. Meskipun begitu Al Habib Muhammad Rizieq pernah berkata :

“garis keturunan bukan untuk tujuan pamer. Jika itu adalah tujuan, maka harus merupakan kesombongan, dan itu adalah dosa,”

Al Habib Husein ayahnya Al Habib Rizieq meninggal dunia tahun 1966. Jadi, ketika itu Al Habib Rizieq baru berusia 11 bulan. ”Jadi saya mengenalnya hanya dari foto,” kata Al Habib Rizieq.

Sang ayah lahir tahun 1920-an, sebelum meninggal di Polonia, Jatinegara, berkata kepada seorang anggota keluarganya, ”Tanyakan kepada putra saya ini, kalau sudah besar mau menjadi ulama atau jagoan. Kalau mau jadi ulama, didik agamanya dengan baik. Kalau mau jadi jagoan, berikan dia golok.”. Al Habib Rizieq pun tumbuh menjadi seorang ulama besar yang segani oleh kawan maupun lawan. Menurut sejumlah teman almarhum Habib Husein Syihab merupakan pemimpin Pandu Arab. Al Habib Husein ini pernah bekerja di Rode Kruis (kini Palang Merah Indonesia) pada masa kembalinya Belanda setelah proklamasi kemerdekaan.

Al Habib Husein, yang ketika itu masih berusia 20 tahunan, bekerja di bagian logistik. Di sini beliau punya hubungan dengan para pejuang kemerdekaan. Beliau banyak memberikan makanan dan pakaian untuk para pejuang yang ketika itu bergerilya di Jakarta dan sekitarnya.

Rupanya pihak NICA (tentara Belanda) mengendus tingkah lakunya itu, karena ada kawannya sendiri yang tega mengkhianatinya dan melaporkannya pada NICA. Tanpa ampun lagi, Al Habib Husein Syihab pun ditangkap. Kedua tangannya diikat dan ia diseret dengan kendaraan Jeep. Di penjara beliau divonis hukuman mati oleh Belanda. Tapi, berkat bantuan Allah, Al Habib Husein Syihab berhasil kabur dari penjara dan melompat ke Kali Malang. Setelah di selamatkan oleh para laskar pimpinan KH. Noer Ali. Beliau selamat, meskipun bagian pantatnya tertembak. Beliau sadar setelah sebelumnya mendapat pertolongan dari KH Noer Ali, pejuang Bekasi yang sangat ditakuti NICA.

Pernah dalam suatu kesempatan Al Habib Muhammad Rizieq Syihab memperlihatkan foto ayahnya dengan istri Bung Karno, Fatmawati, dalam suatu upacara pada awal kemerdekaan. Al Habib Rizieq menyatakan bangga terhadap ayahnya punya semangat nasionalisme yang tinggi dan ikut membakar para pemuda Arab melawan Belanda melalui Pandu Arab Indonesia serta merupakan seorang pejuang kemerdekaan.

Ayah Al Habib Husein Syihab yaitu Al Habib Muhammad Syihab, dahulu pernah memiliki ratusan delman dan memiliki istal kuda di depan RS Pelni. Delman yang bertrayek Tanah Abang ke Kebayoran Lama ini pernah diganggu oleh preman yang mengaku anak buah si Pitung, jagoan Betawi yang dibenci Belanda.

Seperti dituturkan Al Habib Muhammad Rizieq, kakeknya itu langsung menemui singa betawi si Pitung. Ternyata preman tersebut bukanlah anak buah si Pitung dan si Pitung pun merasa tidak senang namanya dicatut. Rupanya pertemuan itu malah membuat dua tokoh Betawi tersebut menjadi akrab. Akhirnya, Al Habib Muhammad dikawinkan dengan ponakan Pitung dari Koebon Nanas, Kebayoran Lama. Dari perkawinan ini lahirlah Al Habib Husein Syihab, ayah dari Al Habib Muhammad Rizieq Syihab. Jadi, bisa dibilang bahwa Al Habib Rizieq masih termasuk cucu Pitung sang singa betawi.

Semenjak ayahnya meninggal Al Habib Muhammad Rizieq Syihab tidak dididik di pesantren. Namun, sejak berusia empat tahun Beliau sudah rajin mengaji dari masjid ke masjid. Ibunya yang sekaligus berperan sebagai bapak dan bekerja sebagai penjahit pakaian serta perias pengantin, sangat memperhatikan pendidikan Al Habib Muhammad Rizieq Syihab

Pendidikan sekolahnya dimulai di SDN 1 Petamburan, SMP 40 Pejompongan, SMP Kristen Bethel Petamburan Jakarta, SMAN 4 Gambir, dan SMA Islamic Village (Tangerang) sampai pada tahun 1982. Kemudian tahun 1983 kuliah di LIPIA selama setahun kemudian Habib mendapat beasiswa dari OKI untuk melanjutkan studi S1 di King Saud University, jurusan Dirasah Islamiyah, Fakultas Tarbiyah. Tahun 1990 Habib Rizieq berhasil menyelesaikan studinya dan sempat mengajar di sebuah SLA di Riyadh selama 1 tahun lalu kembali ke Indonesia pada tahun 1992. Studinya ke King Saudi University, Arab Saudi, yang diselesaikan dalam waktu empat tahun dengan predikat cum-laude. Beliau tinggal di Arab Saudi kurang lebih selama 7 - 8 tahun. Selanjutnya Al Habib Muhammad Rizieq Syihab juga telah menyelesaikan Studi Islam S2 dan S3 di Universitas Antar-Bangsa Malaysia.

Sebelum Beliau sekolah di luar negeri, Beliau juga sering menghadiri berbagai majelis taklim yang ada di Jakarta serta belajar pada para ulama dan Habaib yang ada di Jakarta.

Setelah pulang ke Indonesia beliau mulai mengajar bahkan menjadi kepala sekolah Madrasah Aliyah Jamiat Kheir, Jakarta. Selain itu, sekarang ini beliau masih menjabat sebagai Mufti Besar Kesultanan Darul Islam Sulu (gelar: Datuk Paduka Maulana Syar'i Sulu) Malaysia. Jadi, gelar DPMSS merupakan singkatan dari mufti sulu.

Beliau menikah pada 11 September 1987 dengan Syarifah Fadhlun serta dikaruniai 7 orang anak perempuan : Rufaidah Syihab, Humairah Syihab, Zulfa Syihab, Najwa Syihab, dan Mumtaz Syihab, Fairuz Syihab dan Zahra Syihab. Anak-anak tersebut disekolahkan di Jami’at Khair, dan juga didatangkan guru privat (ilmu agama dan umum).

Al Habib Muhammad Rizieq Syihab mendeklarasikan berdirinya Front Pembela Islam (FPI) tanggal 17 Agustus 1998 atau tanggal 25 Robi’utsani 1419 H. Front Pembela Islam (FPI) adalah sebuah organisasi massa Islam yang berpusat di Jakarta. Beliau dalam menegakkan amar maruf nahi munkar memang tegas dan tanpa pandang bulu. Organisasi yang mencanangkan Gerakan Nasional Anti Maksiat pada awal berdirinya. Maka, berbagai kritik, kecaman, tuduhan, tudingan, fitnah dan caci maki, teror, ancaman dan intimidasi kerapkali dialamatkan pada Habib dan organisasi ini.

Berbagai ujian dan cobaan menghantam Habib, serta para aktivis yang tergabung dalam FPI. Pada tanggal 3 Sya’ban 1419 H/ 22 November 1998 terjadi Peristiwa Ketapang, Jakarta, 22 November 1998, sekitar 200 anggota massa FPI bentrok dengan ratusan preman. Peristiwa ini menyeret FPI ke dalam tragedi berdarah yang menggemparkan dunia. Bahkan pada tanggal 11 April 1999 Al Habib Rizieq ditembak orang tak dikenal.

Alhamdulillah.. atas berkat pertolongan Allah SWT beliau selamat dari usaha pembunuhan tersebut. Setahun kemudian yaitu sepanjang tahun 2000 terjadi penangkapan besar-besaran terhadap aktivis FPI diberbagai wilayah.


sans-serif;">Benarlahlah kata pepatah “semakin tinggi pohon menjulang, semakin kencang angin menerjang”. Begitulah yang dialami oleh Al Habib Rizieq beserta para aktivisnya yang tergabung dalam FPI harus keluar masuk penjara serta menghadapi berbagai badai fitnah, cacian dan ancaman.
Tepatnya pada tanggal 16 Oktober 2002 Al Habib Rizieq dipenjara dalam rumah tahanan Polda Metro Jaya tanpa ada alasan yuridis yang jelas. Kemudian dilanjutkan dengan tahanan rumah, lalu penangguhan penahanan hingga 20 April 2003. Akan tetapi, pada 21 April 2003 Al Habib Rizieq kembali dijebloskan ke penjara rumah Tahanan Salemba. Hal ini pun tanpa alasan hukum yang jelas.

Beberapa tahun kemudian tepatnya pada tanggal 30 Oktober 2008 Habib Muhammad Rizieq Syihab divonis 1,5 tahun penjara karena dinyatakan bersalah terkait penyerangan terhadap massa Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan atau AKKBB pada peristiwa Insiden Monas 1 Juni. Hal ini pun tanpa alasan hukum yang jelas.

Al Habib Rizieq sangat paham dan mengerti bahwa berbagai penahanan tersebut merupakan bagian dari upaya pemberangusan dakwah Habib bersama FPI dan gerakan amar maruf nahi munkarnya. Berbagai alasan dibuat, pasal berlapis disiapkan dan kedzoliman atas nama hukum dilakukan.

Namun, apapun bentuk kedzoliman yang dilakukan Alhamdulillah.. FPI tetap eksis dan konsisten dengan perjuangan amar maruf nahi munkar. Bahkan jumlah anggota FPI semakin banyak. Diberbagai daerah dari ujung Merauke Aceh sampai ke berbagai pulau yang ada di Indonesia dideklarasikan cabang-cabang FPI. Bahkan di Malaysia telah berdiri cabang FPI. Di negara lainpun seperti di Hadhramaut Yaman, Kairo Mesir telah terdapat cabang FPI yang tergabung dalam FMI (Front Mahasiswa Islam) yaitu organisasi sayap FPI.

Tidaklah heran jika Sulthanul Ilmi Al Habib Salim As Syathiri pimpinan Ribat Tariem Hadhramaut Yaman pernah berkata dalam Haul ayahandanya Al Quthb Al Habib Abdullah bin Umar As Syathiri, “Bahwa para habaib, ulama, shalihin serta aulia banyak sekali di bumi ini termasuk di Indonesia. Akan tetapi, sangat jarang sekali ada seorang habib yang berani seperti Habib Rizieq. Mungkin adanya hanya 800 tahun sekali itu juga dulu ketika zaman Al Imam Faqih Muqaddam Muhammad bin Ali Ba’alawi”.

Al Habib Rizieq berdakwah memang bukan saja melakukan amar maruf nahi munkar dan berjihad, akan tetapi Al Habib Rizieq bersama FPI melakukan berbagai bakti sosial diberbagai penjuru negeri yang ada di Indonesia. Hal ini tentu mengundang simpati masyarakat dan berbagai kalangan. Sangat berbeda jauh dengan pemberitaan-pemberitaan diberbagai media sosial yang selalu menyudutkan atau memojokkan Habib dan FPI. Beberapa bakti atau aksi sosial yang dilakukan oleh Al Habib Rizieq bersama FPI adalah sebagai berikut :

1. Menjadi evakuator mayat terbanyak ketika terjadi Tsunami di Aceh
Menteri Sosial ketika itu, Dr. Salim Segaf mengapresiasi kontribusi FPI selama ini. "Saya pernah mengunjungi Habib Rizieq dan kawan-kawan FPI ketika bencana tsunami  Aceh, saya salut kepada  FPI yang telah mengevakuasi puluhan ribu mayat ketika itu,"  ujarnya.

"Saat bencana Tsunami Aceh saya bertemu Habib Rizieq, ternyata beliau dan laskar FPI      itu tinggal    kuburan dengan mendirikan tenda-tenda bukan di hotel. Habib Rizieq  memimpin laskar untuk  mengevakuasi mayat selama 4 bulan, Subhanallah inilah yang FPI lakukan. Bayangkan, tinggal di      kuburan, kita semalam aja udah takut, ini 4 bulan,"    ujar menteri sosial menceritakan.

Dalam peristiwa bencana tsunami di Aceh tahun 2004 lalu, dengan biaya sendiri serta  peralatan   seadanya FPI berhasil mengevakuasi sekitar 100 ribu mayat, banyak mayat  yang sulit dievakusi    namun bisa diatasi oleh anggota FPI, bahkan relawan FPI-lah yang    menemukan mayat, Juru bicara      Aceh, Sayed Husaini. Namun sayang jasa besar FPI  itu, hampir tidak diberitakan sama sekali oleh      media-media sekuler. Dalam tugu Tsunami disitu ditulis bahwa FPI merupakan yang terbanyak  dalam mengevakuasi mayat sedangkan urutan selanjutnya adalah TNI Polri dan lembaga lainnya.

2. Aksi kemanusiaan FPI di lokasi banjir dan kebakaran seperti di Jakarta

hal ini merupakan rutin dilakukan karena Jakarta merupakan daerah yang sering terkena banjir.     posko untuk  menyalurkan bantuan kepada korban banjir berdiri hingga ke berbagai   pelosok Jakarta. Bahkan tak     jarang Imam Besar FPI Al Habib Rizieq juga langsung terjun ke lapangan

3. Gempa Padang

Seperti halnya di Aceh relawan FPI juga banyak yang turun ke Padang. Bahkan hingga berbulan  bulan menolong korban gempa.

4. Letusan Merapi Yogya

5. longsor Leuwi Gajah

6. air bah Morowali

7. Jebolnya tanggul Situ Gintungg Tangerang.

8. Tsunami di Pangandaran

9. Longsor di Ciwidey Bandung dan berbagai tempat lainnya yang mengalami bencana Relawan FPI selalu terdepan.

10. Bantuan untuk Palestina rutin setiap tahunnya tak kurang dari Rp. 1.000.000.000,- (Satu Milyar Rupiah).

11. Pembagian sembako bagi orang-orang yang tidak mampu di berbagi tempat.

12. Banjir Bandang yg baru baru ini menimpa Garut Jawa Barat.
Kerjasama FPI dengan Kemensos RI secara nasional dalam Program Bedah Kampung. Ribuan rumah miskin di puluhan kampung Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi, Purwakarta, Pasuruan, Palu, dan Gresik, berhasil dibedah.

Kerjasama FPI dengan Kemenag RI dalam Program Pengembalian Ahmadiyah kepada Islam. Ribuan pengikut Ahmadiyah taubat dan masuk Islam. Seperti di Tenjo Waringin Tasik, 800 warga Ahmadiyah kembali pada Islam.

Sejumlah Pemda di berbagai Daerah bekerjasama dengan FPI dalam program kebersihan lingkungan, penyuluhan kesehatan, pemberantasan hama pertanian, penghijauan lahan gundul, dan sebagainya.

Bahkan pernah ada kerjasama FPI dengan almarhum Taufiq Kiemas Pimpinan MPR RI dalam pemantapan Empat Pilar RI. FPI tidak pernah menolak Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bineka Tunggal Ika selama ditafsirkan secara benar dan lurus.

Maka itu Mantan Menteri Dalam Negeri Indonesia Gamawan Fauzi pernah mengimbau agar Kepala Daerah bisa menjalin kerja sama dengan organisasi masyarakat ini.

Bahkan saat ini FPI sedang melakukan upaya pencegahan banjir Jakarta dengan mereboisasi daerah hulu sungai yang mengarah ke Ibu Kota. Lokasi bertempat di Pesantren Agrikultural dareah Gunung Pangrango, Puncak. Pada Januari FPI menanam sekitar 40 ribuan pohon.

Ketua FPI Habib Rizieq Sihab menargetkan agar di bulan Desember ada 300 ribu pohon tertanam di sana. Sehingga dua tahun kedepan ada satu juta pohon untuk reboisasi hutan Lokasi. Di daerah tersebut ada empat aliran sungai yang mengarah ke Jakarta.

Aksi sosial tersebut merupakan sebagian kecil yang sudah disumbangkan oleh FPI untuk masyarakat dan bangsa Indonesia. Masih banyak kegiatan-kegiatan positif lainnya yang telah dilakukan oleh Al Habi Rizieq Syihab bersama FPI.

Dari Berbagai Sumber

Jumat, 11 November 2016

Pembahasan irodah habib luthfi

MENYELAMI KEHENDAK (AL-IRADAH) MANUSIA

Al-Iradah (kehendak) itu harus dikembalikan dahulu yang pertama kepada niat. Niat dikembalikan kepada ilmu. Punya niat baik, punya kehendak baik, tapi tidak mempunyai ilmu juga sulit. Mempunyai ilmu, mempunyai kehendak dan mempunyai niat yang baik tapi tidak didasari khaufun billah (takut kepada Allah), juga susah. Khauf (takut) kepada Allah Swt. bukan karena nerakaNya. Cinta kepada Allah bukan karena surgaNya. Tapi cinta kepada yang menciptakan surga dan neraka lebih besar daripada cinta kepada surgaNya atau takutnya pada neraka. Itu diantaranya khauf.

Dan khauf ini harus selalu kita gandeng. Sebab khauf tanpa ilmu, maksudnya khauf jarang juga orang yang mengetahuinya. Tapi kalau khauf mempunyai ilmu, berbeda. Karena kaitannya khauf juga tidak terlepas dari:

أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَاَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

“Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah melihatNya, jika tak mampu demikian maka pasti Dia melihatmu.”

Merasa bersembah sujud, menyembah sujud kepada Allah Swt. Kalau toh tidak mampu karena ini kelas berat merasa setiap harinya dilihat oleh Allah Swt. Dari mulai kehendak kita, kemauan kita, dlsb. tidak terlepas dari pandangan Allah Swt. Bilamana khauf ini tumbuh maka akan memperbaiki kehidupan manusia itu sendiri karena takutnya kepada Allah Swt. Tapi khauf harus digandeng selalu dengan raja’. Selalu yang mengharapkan tidak pernah lepas, tidak satu pun yang diharapkan dan dikehendaki terkecuali:

إِلَهِيْ أَنْتَ مَقْصُوْدِيْ

“Hanyalah kepadaMu ya Allah kami mengharap.”

Kalau setiap insan mukmin bisa mengamalkan إِلَهِيْ أَنْتَ مَقْصُوْدِيْ وَرِضَاكَ مَطْلُوْبِيْ (raja’ selalu kepada Allah Swt.), saya kira tidak ada mukmin yang faqir. Karena apa? Dekat dengan yang menciptakan surga. Cinta kami kepada Allah Swt. lebih besar daripada surgaNya. Begitupula cinta kami kepada Baginda Nabi Saw. Lebih-lebih cinta kita kepada Baginda Nabi Saw. bagian dari syukur kepada Allah Swt.

Karena apa? Kita menjadi umat Islam, orang yang beriman, bisa membedakan mana yang haq dan batil, mana kalamullah, dan mana yang halal-mana yang haram. kita bisa berbakti pada orangtua, taat pada segala perintah Allah, dlsb., tanpa mengenal Baginda Nabi Saw. mana mungkin kita kenal itu semuanya!? Maka dengan dilahirkannya Baginda Nabi Saw., sejauh mana kita mengenal Baginda Nabi Saw. Karena tanpa kelahiran Nabi Saw., mustahil ada bi’tsah ataupun risalah. Dan tidak mungkin Islam dan al-Quran akan diturunkan karena tidak ada yang di-maulud-kan. Karena ada yang di-maulud-kan itulah adanya bi’tsaturrasul wannubuwwah, nuzul al-Quran dan Islam diturunkan oleh Allah Swt. kepada Baginda Nabi Besar Saw.

Sejauh mana kita mengucapkan terimakasih kita kepada Baginda Nabi Saw.? Seandainya kita kaya, gunung segala gunung dijadikan emas, untuk memberikan hadiah kepada Baginda Nabi Saw. atau membayar budi, jangan dikira cukup. Belum! Sebab,

تَمَامُ النِّعْمَةِ مَوْتٌ عَلَى الْإِيْمَانِ وَالْإِسْلَامِ

“Kenikmatan paripurna adalah mati membawa iman dan islam.” Mana mungkin mendapatkan tamamunni’mah mautun ‘alal iman wal islam sedangkan sama Baginda Nabi Saw. tidak mencintai.

Satu hadits diterangkan:

أَوَّلُ مَا يَسْأَلُنِيْ فِيْ قَبْرِيْ عَنِّيْ

Pertamakali kelak di kubur yang ditanyakan sebelum ditanya “man rabbuka”, yang ditanya kenal tidak kamu dengan Muhammad Saw. Kalau kenal pasti bisa menjawab man rabbuka waman nabiyyuka, dst. Tapi yang tidak kenal mana mungkin akan bisa menjawab.

Para auliya (wali Allah) tidak takut karena kehilangan istrinya, dunianya atau anak-anaknya, dlsb. Tidak. Para beliau itu cuma satu yang ditakuti. Apa? Kalau keluar dari dunia fana ini mautun ‘ala su-il khatimah (dalam keadaan mati suul khatimah). Itu yang ditakuti oleh semua auliyaillah. Bukan karena husnul khatimah lalu dapat surga, tidak.  Ingin mautun ‘ala husnil khatimah karena surga, tidak. Mautun ‘ala husnil khatimah karena kecintaannya kepada Allah Swt., (dan) tidak sampai jauh dirinya dengan Allah Swt. Sebab kalau sampai suul khatimah akan jauh dengan Allah Swt. dan RasulNya.

Para beliau mujahadahnya tiap malam luar biasa. Bukan mujahadah baca hizib, baca ini dan itu supaya ditembak tidak mempan, dibacok tidak mempan. Atau baca wiridan supaya mahabbah atau dapat rejeki yang banyak. Itu nomor tiga, empat, atau lima. Tapi yang diperhatikan oleh para auliya semuanya takut kalau dirinya keluar dari dunia ini tidak sempat membawa nikmat iman dan Islam. Karena itu dicap nantinya sebagai orang yang tidak mengerti syukur, berterimakasih kepada Baginda Nabi Saw.

مَنْ لَمْ يَشْكُرِ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرِ اللهَ

“Siapa tidak berterimakasih kepada manusia, sama halanya dia tidak berterimakasih kepada Allah Swt.”

Disinilah maqamatil khauf warraja’ (kedudukan takut dan harap) bertalian terus. Disinilah peran al-iradah, mengharap atau menghendaki, “Ya Allah ya Rabb, janganlah Engkau tinggalkan sekejap mata pun dari pandanganMu. Jangan Engkau tinggalkan pandanganku dari pandanganMu ya Allah. Dalam perilakuku, langkah kakiku, jangan sampai aku ini tertinggal dari taufiq dan hidayahMu.” Inilah orang yang (memiliki) khauf, iradah dan raja’ kepada Allah Swt. Selalu mendampingi, mengawal kehidupannya.

Kalau sudah maqamaturraja’ tumbuh maqamatusshiddiq, benar. Benar (shiddiq) fil qulub, wasshiddiq fillisan, wasshiddiq finnadzar, wasshiddiq fissama’. Kalau orang sudah mempunyai sifat shiddiq bukan benar niatnya saja, mata dan lisannya pun akan ikut shiddiq. Akan benar, dia takut mengeluarkan se-ayat dua ayat, dia takut mengeluarkan fatwa per-fatwa. Sebab sebelum mereka yang mendengarkan dituntut di hadapan Allah, orang itu dahulu yang menyampaikan fatwa. Iya kalau benar, kalau tidak? Mas-ul fi yaumil qiyamah (akan dipertanggungjawabkan di hari kiamat). Jangan dikira mudah. Itulah para ulama shalihin, luar biasa.

Kalau sudah shiddiq matanya, matanya ini diajak benar, mau benar. Kalau diajak salah, tidak mau (mengikuti) salah. Karena apa? Sudah kebiasaan benar. Telinga pun,

مِنْ نُوْرِ الْإِيْمَانِ يَتَلَأْلَأْ

“Bercahaya disinari iman.” Untuk mendengarkan yang jelek, mendengarkan yang tidak baik, telinga ini tidak akan mau. Karena apa? Shiddiqnya sudah sampai ke telinga dan matanya, apalagi tutur katanya.

Kalau sudah shiddiq, tahu persis bagaimana. Walaupun toh ini benar tapi akibatnya membuka aib saudara mukmin kita sendiri, cara menyampaikannya pun berbeda. Karena, walaupun benar adakalanya membuka aibnya orang.

Contoh –maaf ibu-ibu dan bapak-bapak tidak usah ditertawakan karena saya tidak suka ditertawakan-, ada bapak atau oknum lah umpanya. Kalau di rumah sendiri itu biasanya pakai sarung yang seenaknya saja sambil nonton tivi. Tidak tahu auratnya kelihatan. Diantara teman-temannya yang duduk sedang nonton tivi tahu kalau orang ini auratnya terbuka karena sarungnya terbuka. Kalau orang yang menyampaikan benar ini tidak tepat, akan membuka aibnya. “Hei mas, sarungmu terbuka, auratmu kelihatan.” Orang yang tidak mendengar akhirnya jadi melihat dan mendengar semuanya. Membenarkan, menyampaikan pendapat, tapi membuka aibnya orang.

Tapi kalau Rasulullah Saw., menyampaikan benar justeru menghormati orang yang dibenarkan (diluruskan). Itulah hebatnya menunjukkan rahmatan lil ‘alamin. Kalau orang yang mengikuti jejak sunnah Baginda Nabi Saw., adabnya begitu tahu langsung (bilang), “Mas mas, bangun sebentar, saya ada urusan (perlu)”. Begitu ia bangun, tertutup kan auratnya. Begitu tertutup auratnya, dia ajak keluar, “Ada apa yah?” dijawab, “Sorry, tadi kelihatan auratnya.” “Ya, ya, betul. Terimakasih, terimakasih,” ucapnya sangat berterimakasih.

Ada juga orang nahi munkar –umpamanya- ada seseorang yang merokok kretek, ada cengkehnya. Kebetulan dia pakai sarung. Begitu dihisap, Seppp”, (ada yang) jatuh ke sarungnya. Kira-kiranya kan cepat terbakarnya. Betul ndak? Coba kalau kita menyampaikannya, “Mohon maaf Pak, itu ada latu-nya.” Malah akan terbakar duluan, habis. Tapi begitu tahu ada api di sarungnya, langsung saja “Maaf!” sambil ditepuk. Padahal ditepuk, sakit, tapi (karena) sarungnya selamat yang ditepuk malah berterimakasih. Itu hebatnya rahmatan lil ‘alamin. Menirunya susah.

Tapi adakalanya mau menyampaikan yang benar, juga salah padahal benar. (Misal) Minum kopi, tak tahunya tempat kopinya (pisin) masih basah ada air kopinya. Begitu akan diangkat, (ditepuk) “Hei maaf maaf,” malah tumpah jadinya. Ada tempatnya yang harus keras dan ada tempatnya yang harus lunak. Orang-orang yang demikian setelah mewarnai dengan ash-shiddiq.

Yang keempat haya’, malu kepada Allah Swt. Kami mendapat fadhal dari Allah Swt. dijadikan semulia-mulianya umat. Umatnya siapa? Afdhalul makhluqat (paling mulianya makhluk Allah Swt.), sayyidul anbiya’ wal mursalin. Mesti bertanya pada dirinya, “Ya Allah ya Rabb, apakah kami ini golongan orang kelak yang akan memalukan Baginda Nabi Saw. di hadapanMu ya Allah? Jangan sampai aku menjadi umat yang akan memalukan Baginda Nabi Saw., memalukan guru-guruku, memalukan kedua orangtuaku,” dlsb. Itu al-haya’.

Sampai dengan perbuatan, muamalah yaumiah (perilaku keseharian), kalau haya’ kepada Rasulullah Saw., “Malu ah masa pakai baju tangan kiri dulu, malu dong pada Rasulullah.” Disamping juga tangan kanan itu sunnah. Itu diantaranya. Sampai mau berbicara yang kurang baik atau seronok, dia akan berpikir, “Malu ah, Rasulullah tidak berbicara yang demikian.”

Kalau haya’ (malu )nya sudah jadi, al-mahabbah (cinta)nya  luar biasa. Kalau sudah mahabbah betul-betul kepada Allah Swt., ridha yang ada. Tapi ini kelas berat Pak, diberi sakit, “Biarin! Yang memberi sakit yang saya cintai koq.” (Tetap) Ikhtiar, karena menetapi perintah, bukan karena apa-apa. Diberi penyakit, karena diniati ibadah, diterimanya dengan senang. Karena apa? Karena yang memberi penyakit adalah yang paling dicintai. Berat sekali, kelihatannya sepele.

Kalau tidak cepat-cepat kita belajar dalam ilmunya hati, apa yang ada di dalam batin al-Quran, di dalam dunia tasawuf, kita tidak sulit untuk mempelajari yang demikian. Dan (demi) untuk bekal selanjutnya dan selanjutnya.

(*Ibj. Ditranskrip dari ceramah Maulana Habib Luthfi bin Yahya, Pengajian Jum’at Kliwon 11 Nov. 2016: https://youtu.be/HPF9GDUV508).